Noval Fahrudin Abdillah, bocah berusia 3 tahun, anak pasangan Hari Susanto (30) – Rufiati (22), warga Kebraon II Gang Manggis Karangpilang, tewas setelah makan jeli, Sabtu (12/2). Menurut ayahnya, saat makan jeli Noval tersedak. Polisi masih menyelidiki balita itu tewas karena tersedak atau keracunan. “Dia habis makan jeli. Setelah makan, dia tersedak dan langsung muntah busa. Dari telinganya juga keluar darah,” tutur Hari Susanto, ayah Noval, ketika ditemui di RSU dr Soetomo.
Karena disertai muntah dan mengeluarkan busa, maka polisi juga mendalami kemungkinan Noval keracunan. “Dia meninggal setelah memakan jeli yang dibeli di sekolah TK Harapan Pertiwi di Kebraon II Gang Tomat,” kata Kapolsek Karangpilang AKP Ismail.
Setelah muntah, Noval segera dilarikan ke RS Siti Khatidjah Sepanjang. Namun nahas, saat dalam perjalanan ke rumah sakit itu nyawa Noval tak tertolong lagi. Ia meninggal sekitar pukul 08.30 WIB.
Jenazah Noval lantas dilarikan ke kamar mayat RSU dr Soetomo bersama anggota Polsek Karangpilang guna dilakukan otopsi.
Hari Susanto menceritakan, Sabtu (12/2) pagi, ia mengantarkan Noval Fahrudin ke rumah budenya, Winarni (45) di Kebraon. Hari membawa anaknya ke rumah kakaknya itu karena dia harus berangkat kerja di proyek, sedangkan istrinya, Rufiati bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
“Noval saya titipkan ke kakak saya, karena kalau pagi saya harus berangkat kerja di proyek, sedangkan istri saya bekerja di rumah tangga,” ujar Hari Susanto. Begitu sampai, Winarni pun mengajak Noval untuk bersama-sama mengantar Afrizal alias Rizal (4) ke sekolah. Rizal adalah anak Winarni yang sekolah di TK Harapan Pertiwi, di Kebraon II Gang Tomat.
Di sela-sela sekolah itu, Noval dan Rizal kemudian membeli jeli ke Nur Kusumawati (42), yang juga guru TK Harapan Pertiwi.
Begitu menikmati jeli, Noval tiba-tiba tersedak. Tak lama kemudian, Noval kejang-kejang lalu muntah dengan mulut berbusa. Di telinga kanannya juga mengeluarkan darah. Hal ini membuat panik Winarni dan orang-orang di sekitarnya. Noval pun langsung dilarikan ke RS Siti Khatidjah, Sepanjang. Sedangkan beberapa orang lainnya melaporkan kejadian itu ke polisi.
Namun nahas, dalam perjalanan ke rumah sakit itu nyawa Noval tidak bisa diselamatkan lagi. Oleh pihak RS Siti Khatidjah, jenazah Noval kemudian dibawa ke RSU dr Soetomo. Begitu mendapat kabar dari Winarni, Hari Susanto langsung bergegas ke RSU dr Soetomo. Hari Susanto yang berusaha tegar itu tidak menduga nasib anaknya berakhir seperti itu. Ia juga tidak mendapatkan firasat apa-apa sebelum kejadian itu. Yang selalu dia ingat adalah kaos kesukaan yang dipakai Noval, yakni kaos Timnas dengan nama Irfan Bachdim. “Usianya masih tiga tahun, tapi rasa pingin sekolahnya besar. Makanya dia senang saja saya titipkan ke budenya, karena selalu diajak menemani Rizal sekolah,” kata Susanto.
Kondisi berbeda dialami Rufiati, ibu Noval. Saat ditemui di rumahnya, Kebaron II Gang Manggis Nomer 31, Rufiati terduduk lemas dengan bersandar pada dinding. Ia berkalungkan handuk putih di leher untuk mengusap air matanya yang tak henti menetes.
Rufiati seolah belum rela dengan kepergian Noval. Sampai-sampai beberapa kerabat dekat dan tetangga yang coba menenangkan, tak digubrisnya.
Sementara itu, saat di RSU dr Soetomo, Hari Susanto sempat menolak dilakukan otopsi pada jasad Noval. Ia mengatakan, tidak tega melihat anaknya diotopsi dan ingin segera menguburkan Noval. Namun petugas Polsek Karangpilang berhasil meyakinkannya sehingga jenazah Noval akhirnya diotopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya.
“Kami ingin tahu isi perut korban. Kan harus tahu makanan apa yang dia makan sejak pagi,” kata Kapolsek Karangpilang AKP Ismail.
Di ruang otopsi RSU dr Soetomo, dokter forensik sempat menanyakan riwayat kesehatan Noval kepada Hari Susanto. Namun Susanto menegaskan tidak ada riwayat penyakit apa-apa pada anaknya.
Susanto menambahkan, dirinya tidak akan menuntut siapa pun terkait hal ini. Ia menganggap semua ini adalah musibah. “Pikiran saya cuma ingin segera membawa anak saya pulang, untuk segera dikuburkan,” pungkasnya. Dalam kasus ini, polisi memeriksa empat saksi. Di antaranya penjual jeli, Nur Kusumawati. Dari keterangan Nur Kusumawati, diketahui bahwa ia memperoleh jeli itu dari sebuah home industry di kawasan Wonocolo, milik Sutatik.
“Kami juga telah memintai keterangan pemilik home industry ini (Sutatik),” ucap Ismail. Menurut keterangan Sutatik, selama enam tahun memproduksi jeli, dirinya belum pernah menemukan masalah. “Ini baru pertama kali, sebelumnya tidak apa-apa,” kata Sutatik di Polsek Karangpilang. Bahkan Sutatik mencoba meyakinkan dengan mengambil sebuah jeli yang disita sebagai barang bukti, lalu memakannya. “Lihat ini, saya tidak apa apa kan,” katanya setelah memakan jeli.
Dalih Sutatik cukup beralasan, karena pada saat itu bukan hanya Noval saja yang memakan jeli tersebut. Afrizal juga ikut memakan jeli, dan tidak mengalami masalah apa-apa.
Dalih Sutatik cukup beralasan, karena pada saat itu bukan hanya Noval saja yang memakan jeli tersebut. Afrizal juga ikut memakan jeli, dan tidak mengalami masalah apa-apa.
Untuk penyelidikan lebih lanjut, polisi akan melibatkan tim Labfor, terutama untuk mengetahui apakah Noval meninggal hanya karena gara-gara tersedak atau karena keracunan suatu makanan. “Saya masih belum bisa mengatakan apa ini karena keracunan, barang bukti yang diamankan kaos korban sisa jeli dan sisa makanan. Kita masih menunggu hasil otopsi,” tutur Kapolsek Karangpilang AKP Ismail.
Bisa Fatal
Secara medis, tersedak atau keselek (bahasa Jawa) memang bisa berakibat fatal. Apalagi jika tersumbatnya saluran pernapasan itu menimpa pada anak usia balita. Pakar kesehatan anak dari RSU dr Soetomo, dr Hari Kustiyanto SP(K) menjelaskan bahwa tersedak adalah terjadinya sumbatan pada saluran pernapasan saat menelan makanan sehingga menghambat alur oksigen.
Secara medis, tersedak atau keselek (bahasa Jawa) memang bisa berakibat fatal. Apalagi jika tersumbatnya saluran pernapasan itu menimpa pada anak usia balita. Pakar kesehatan anak dari RSU dr Soetomo, dr Hari Kustiyanto SP(K) menjelaskan bahwa tersedak adalah terjadinya sumbatan pada saluran pernapasan saat menelan makanan sehingga menghambat alur oksigen.
Jika benda penyumbat yang mengakibatkan tersedak itu besar, semakin besar pula hambatan alur oksigen. “Tersedak memang bisa berakibat fatal karena menyerang alur oksigen pada sistem pernapasan,” jelas Hari kepada Surya, Sabtu (12/2). Tersedak dalam istilah medis disebut hipoksia, yakni masuknya benda (makanan) pada saluran pernapasan. Akibat benda ini, saluran napas menjadi terhambat dan mengakibatkan kurangnya oksigen. Tentu, ini bisa berakibat fatal hingga meninggal kalau tidak segera mendapat pertolongan.
Tersedak biasanya ditandai dengan tubuh membiru. Sumbatan pada pernapasan itu bisa parsial dan bisa sepenuhnya. Jika tidak segera ditolong dalam hitungan menit akan mengancam keselamatan korban. Apalagi anak usia balita sangat rentan tersedak.
Tidak hanya tersedak benda padat yang bisa berakibat fatal. Susu yang biasa diminum balita juga bisa mengakibatkan meninggal. “Sumbatan sebagian maupun sepenuhnya pada saluran napas sangat berbahaya. Misalnya anak tersedak penthol juga berbahaya,” urainya.
Terkait kasus Noval, Hari masih belum percaya kasusnya disertai perdarahan pada telinga kanan. “Perdarahan telinga ini yang sulit dipahami. Tetapi semua harus diteliti dan dicek lebih jauh secara medis,” lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar